CHAMEUH RM JUARA INFORMASI PUBLIK NUSANTARA.
ASOSIASI WARTAWAN DEMOKRASI INDONESIA.
Saya acapkali terganggu dengan sebuah perumpamaan pada dunia kepenulisan. Penulis — lebih sering jurnalis — identik dengan simbol mata pena.
Saya tidak keberatan penggunaan pena itu. Tapi jika benda ini lalu menjadi sebuah kalimat, misalnya, asahlah penamu agar semakin tajam, saya memprotesnya.
Tidak ada pena yang tajam. Tapi ujung pena itu runcing. Dan yang perlu diasah agar tajam adalah pisau, parang, atau pedang. Kenapa kita seolah tak bisa membedakan mana benda tajam dan mana yang runcing?
DD