ASOSIASI WARTAWAN DEMOKRASI INDONESIA.
CHAMEUH RM SENTRAL PANCA MEDIA.
Seorang ahli strategi perang pernah berkata bahwa pertempuran dengan biaya murah adalah bila menggunakkan SARa, karena pada umumnya manusia tidak berpikir analitik dan kritis, sebaliknya akan cepat emosional.
Turki adalah sebuah bangsa yang mendirikan negaranya di atas tanah bangsa lain, dengan melakukan invasi, kolonialisme dan imperialisme dengan semangat Ottomannya. Dan oleh karenanya sepanjang sejarah propaganda SARa terus dikembangkan, khususnya yang “A”, karena yang “SRa”nya takkan laku dijual malah bisa jadi bumerang bagi dirinya sendiri.
Di zaman modern ini, Erdogan dengan semangat serupa yaitu “Neo-Ottoman Turk” kembali melakukan Politik Kalkunnya, dan ISIS adalah salah satu kendaraan politiknya.
Membentuk ISIS ( Irak & Syria ) adalah jalan Erdogan menuju “Penguasaan Turki ke Arab & Timur Tengah”, kemudian mengirim pasukan untuk menyerang Mesir hingga Libya.
Menjadikan Gereja Katedral Orthodox Aghia Sophia kembali sebagai Mesjid adalah jalan menuju “Penguasaan Turki ke Eropa Barat”.
Mendukung Azerbaijan dalam Konflik Nagorno-Karabakh adalah jalan menuju “Penguasaan Turki ke Eropa Timur”.
Dan akhirnya korban terbaru adalah seorang guru di Perancis yang dipenggal oleh kelompok radikal. Perancis dan banyak pemerhati kemanusiaan di seluruh dunia kaget dan marah.
Namun Perancis tidak gelap mata, mereka melakukan tindakan terukur dengan membatasi komunitas radikal dan mengawasi kelompok yang diduga teroris. Tindakan yang sama juga dilakukan oleh banyak negara maju, dengan tidak menghantam kromo melainkan menargetkan pelaku dan sumbernya saja.
Sikap Perancis direspons oleh Erdogan, melalui pernyataannya, yang menunjukkan siapa dalang di balik gerakan komunitas dan kelompok tersebut. Erdogan mungkin lupa bahwa Perancis menganut negara sekuler, bukan negara agama. Umpan pernyataan Macron dimakan Erdogan. Sedangkan negara negara Arab anteng adem ayem karena tahu.
Sehingga keputusan Paris menarik Duta Besarnya dari Ankara adalah jawaban jelas Perancis terhadap Turki, yang masih suka memanfaatkan agama demi ambisi Erdogan & Neo-Ottoman Turknya.
Bravo Macron, Bravo Perancis !
LAHENDRA SUTIAMAN ST